Apa julukan untuk
Tapi kini semuanya tinggal kenangan. Zamrud itu seakan hilang. Betapa tidak ita dulu bangga sebagai Negara agraris tapi kini untuk beras pun kita harus beli dari
Para petani dulu bisa senang dapat mecukupi kebutuhan keluarga, tapi sekarang ? para petani seperti lahan permainan harga pupuk dinaikkan, bahkan nyaris hilang padahal harga gabah tak seberapa. Belum lagi alam yang mulai tak berteman. Jika kemarau kita sering kekeringan sebaliknya hujan sering pula kebanjiran. Mengapa demikian? Makanya siapa sekarang yang mau bertani? Anak muda pun angkat tangan lebih baik mencari uang di kota metropolitan.
Para nelayan pun setali tiga uang. Kini mereka susah untuk mencari ikan. Harga BBM yang naik serta hasil yang tak seberapa membuat mereka berpikir ulang. Padahal kapal-kapal asing dengn mudahnya mencuri dan mengambil ikan. Pernah nelayan kita giat mencari ikan hingga ke perbatasan tetapi ditangkap dan perahunya dibakar di Negara orang. Padahal mereka sangka masih di wilayak kita, perbatasan yang membingugkan dan tak adanya ketegasan kita.
Zamrud itu seakan hilang. Kekayaan yang kita banggakan dinikmati orang. Mineral dan logam yang ada harus dibagi karena kita tak bisa ambil sendiri. Hasil hutan yang berlimpah pun hampir tiap hari diselundupkan ? mengapa tidak ada ketegasan? Mengapa tidak bisa dihentikan ? belum lagi asset Negara yang utama-yang menguasai hajat orang banyak juga banyak dijual. Apa yang akan kita banggakan sekarang?
Zamrud itu seakan hilang…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar